Memuji Nabi Muhammad SAW berlebihan


Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling mulia di muka bumi. Seorang rasul satu-satunya yang memiliki syafa'at agung pada hari kiamat. Orang yang pertama kali menbuka pintu surga. Seorang yang diakui ketinggian akhlaknya oleh para sahabat bahkan hingga oleh orang-orang yang memusuhinya. Seorang hamba yang karena keluhuran akhlaknya mendapat pujian langsung dari Allah swt dalam firman-Nya :
" Sesungguhnya engkau (ya muhammad) berada dalam budi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam (68): 4)
Meskipun demikian Nabi SAW melarang kita memujinya secara berlebihan. 

Beliau bersabda : " Jangan memujiku berlebihan sebagaimana orang-orang nasrani memuji berlebihan kepada Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba maka katakanlah, hamba Allah dan RasulNya" (HR. Bukhari).

Al-Ithira (memuji berlebihan) yang dilarang adalah memuji berlebihan dan melampaui batas hingga terjerumus pada yang haram, kebathilan, dusta dan syirik. Batas syirik inilah yang dilanggar oleh orang -orang nasrani hingga mereka mengatakan, Isa bin Maryam adalah Allah, atau putra Allah atau salah satu dari yang tiga". Nabi SAW melarang kita memujinya secara berlebihan bukanlah sikap merendah (tawadhu') nabi, tetapi suatu syariat yang menegaskan diharamkannya al-ithra' itu, bahkan ditegaskan nabi dalam banyak kesempatan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas ra bahwa seorang laki - laki berkata "wahai muhammad, wahai tuan kami, putra dari tuan kami, orang terbaik kami dan putra dari orang terbaik kami." maka serta merta nabi SAW menyangkal : "wahai manusia, berhati-hatilah dengan ucapan kalian,  dan jangan terperdaya oleh syetan. Saya adakah Muhammad bin Abdullah, hamba Allah dan Rasul Nya. Demi Allah, sesungguhnya aku tidak menyukai kalian menyanjungkku melebihi kedudukan yang telah diberikan Allah kepadaku. (HR.Ahmad)

Dalam kisah delegasi suku bani amir, dihadapan nabi SAW ada yang menyanjung : " Di tengah-tengah kita ada nabi yang mengetahui apa yang (akan terjadi) besok." Maka spontan nabi SAW mengingkari perkataan tersebut seraya bersabda : " tinggalkanlah yang ini."(HR.Al Bukhari) Dalam riwayat ibnu majah ditambahkan : "Tidak ada yang mengetahui apa yang (akan terjadi) besok kecuali Allah."
Hal tersebut dapat menjerumuskan pada syirik ketika memuji nabi secara berlebihan.

Seperti yang dilakukan oleh seorang penyair yang nemuji nabi saw dalam syair ya rabbibil dengan mengatakan ; "wahai (nabi), makhluk yang paling mulia, kepada siapa aku berlindung, selain kepadamu, ketika terhadi bencana yang merata." Juga mengatakan" sesungguhnya diantara kedernawananmu (wahai nabi) adalah dunia seisinya. Dan di antara ilmumu adalah ilmu lauhul mahfuzh dan al qalam (takdir).
Penyair tersebut menempatkan nabi SAW dalam kedudukan yang tak terjangkau akal sehat serta mengira bahwa nabi SAW mengetahui hal-hal gaib.

Padahal Allah berfirman :
"Katakanlah, tidak seorangpun di langit dan di bumi mengetahui yang gaib kecuali Allah." 
(QS. An Nahl : 65)
Sebaliknya generasi pertama seperti para sahabat, tabi'in dan para ahli ilmu, mereka adalah orang -orang yang sangat memuliakan nabi dan yang paling dalam kecintaan mereka kepada beliau. Tetapi meski demikian, mereka tidak pernah terjerumus kepada sanjungan yang berlebihan kepada nabi SAW. Sebagai contoh adalah pujian sahabat Hasan bin Tsabit kepada nabi SAW dalam syairnya "tidaklah orang-orang terdahulu kehilangan (seseorang) seperti kehilangan Muhammad, tidak pula akan ada yang kehilangan seperti kehilangan beliau hingga hari kiamat."

Sebagian orang mengira, al-ithira' (pujian berlebihan) yang dilarang nabi SAW adalah yang sampai pada derajat menuhankan beliau sebagaimana orang nasrani terhadap isa bin maryam, adapun selainya maka dibolehkan. Ini adakah pemahaman yang keliru. Pemahaman ini dibantah oleh sabda nabi SAW : " maka katakanlah, hamba Allah dan RasulNya."

Allah berfirman :  
" katakanlah (wahai Muhammad), aku tidak bisa memiliki (mendatangkan) manfaat maupun mudharat untuk diriku kecuali jika dikehendaki oleh Allah.( QS. Al Araaf : 144 ).

Allah berfirman :
 "katakanlah (wahai muhammad) sesungguhnya aku hanyalah adalah manusia biasa seperti kalian, yang diberikan wahyu kepadaku."( QS.Al Kahfi : 110)

Larangan memuji berlebihan kepada nabi SAW adalah untuk menjaga umat islam agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa terbesar yaitu syirik. Sedangkan sarana termudah yang menjerumuskan orang kepada syirik adalah mengagung-agungkan orang-orang salih dari kalangan para nabi, wali dan ulama secara berlebihan. Baik dalam bentuk ucapan dengan memuji mereka secara berlebihan, atau dalam bentuk tindakan dan ini yang lebih banyak terjadi dengan berbagai macamnya. Dan paling umum terjadi adalah dengan mengagungkan kuburan mereka, membangunya dan menjadikanya sebagai tempat ibadah. Inilah yang sangat dilarang oleh Nabi SAW sampai-sampai sebelum sakaratul maut, beliau menyatakan :" semoga Allah melaknat orang-orang yahudi dan nasrani, mereka menjadikan kuburan para nabinya sebagai tempat ibadah. Aisyah berkata : "Beliau menperingatkan dari perbuatan mereka." (HR.Muslim).

(Sumber : An Nur)

No comments:

Post a Comment