Manusia menpunyai standar kesempurnaan. Namun, sesempurna apapun dalam pandangan manusia, pasti tidak menjangkau kesempurnaan Allah yang sesungguhnya.
Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa, penggenggam alam semesta. Betapapun Allah memiliki kesempurnaan dalam kekuasaan, namun Dia maha suci dari sifat ke dzaliman, kerusakan dan kehinaan. Maha suci Allah yang tidak tersentuh dari sisi manapun kekurangan-Nya.
Al Quddus adalah salah satu asma Allah. Di dalam Al Qur'an, kata Al Quddus (maha suci), sering didampingkan dengan kata Al Malik (Raja atau Penguasa). Misalkan dalam QS. Al Hasr : 23 dan Al Jumuah : 1. Dalam kamus bahasa arab, Al Quddus adalah yang suci murni atau yang penuh keberkatan. Dari sini muncul berbagai penafsiran dari kata Al Quddus, diantaranya terpuji dari segala macam kebajikanya.
Imam Al Ghazali mengatakan Allah sebagai Al Quddus adalah Dia yang tidak terjangkau oleh indera, tidak dapat dikhayalkan oleh imajinasi, dan tidak dapat diduga oleh lintasan nurani. Demikian sesempurnanya Allah swt. Dia tidak terkejar bentuk dan dzatNya oleh kekuatan indera. Indera kita terlalu lemah untuk menjangkau keagungan Allah yang menggenggam alam semesta ini.
Maha Suci Allah dari beranak dan diperanakan. Bagi umat islam, Allah tidak diserupai dan menyerupai apapun. Jadi, kalau ada yang mengganggap Allah itu menyerupai sesuatu, maka pendapat itu tidak bisa diterima. Karena sesuatu itu pasti makhluk, dan setiap makhluk pasti ada kelemahanya. Apalagi menyerupakan Allah dengan manusia.
Maha Suci Allah secara dzat dan perbuatan-Nya. Tidak ada satu pun perbuatan Allah yang cacat atau gagal. Mengatakan cacat atau gagal pada perbuatan Allah pun tidak layak. Allah tidak mungkin berbuat sesuatu yang gagal. Maha Suci Allah dari yang dianggap sempurna oleh makhluk. Manusia mempunyai standar kesempurnaan. Nanun, sesempurnanya dalam pandangan manusia, pasti tidak menjangjau kesempurnan Allah yang sesungguhnya. Akal manusia terbatas. Ia hanya mengenal 26 abjad dan sepuluh angka. Bagaimana mungkin kita yang serba terbatas bisa menilai kesempurnaan Allah, dzat penggenggam langit dan bumi?
Hikmah yang bisa diambil dari sifat Al Quddus ini?
1. Pertama, kita bisa menikmati apapun ketetapan Allah tanpa prasangka buruk. Allah telah berjanji " Aku sesuai prasangka hamba-Ku". Berburuk sangka kepada Allah akan membawa malapetaka bagi kita. Kita harus tetap berkhusnuzon, pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian. Maka, nikmatilah setiap kejadian sebagai sarana evaluasi diri. Yang terpenting, kejadian apapun yang menimpa harus mengubah kita menjadi lebih baik.
2. Kedua, siap dengan ketidaksempurnaan diri. Apa yang kita banggakan sebagai manusia bila tanpa iman? Kita serba kalah oleh binatang. Masuk ke air, ikan lebih lincah. Meski kita bisa menjadi pelari tercepat, masih lalah cepat dari kuda. Manusia pun masih kalah kuat dengan badak, kalah besar dari badak, kalah besar dari gajah. Hanya kekuatan imam lah yang membuat kita lebih tinggi dari makhluk apapun. Mari kita lebih tinggi dari makhluk apapun. Mari kita tutup pintu kesombongan diri dan bukalah lebar-lebar pintuketawadhuan. Sebab, tiadalah orang yang rendah hati, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.
3. Ketiga, siap dengan kekurangan orang lain. Kita harus siap menghadapi kenyataan bahwa orang terdekat kita (khususnya pasangan hidup) tidak sempurna. Secara fisik mungkin mendekati kesempurnaan tapi akhlak tidak ada yang sempurna. Ada yang pemarah, pelit atau egois. Kita harus terlatih menghadapi orang-orang terdekat kita, baik pasangan hidup, orang tua, anak maupun pembantu di rumah. Kesiapan mental dari dalam menerima kekurangan dan keterbatasan orang lain, insya Allah akan menbuat kita lebih bisa bersikap bijaksana. Orang yang stress dalam hidup adalah orang yang selalu ingin sempurna dalam segala hal. Ingin yang terbaik boleh, tapi ingin sempurna tidak ada. Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Memang kita harus melakukan perencanaan matang, persiapan yang optimal, dan pelaksanaan yang hati-hati, tapi kita harus siap pula bahwa hasil yang dicapai tidak akan pernah sempurna.
Sikapilah kekurangan orang lain sebagai ladang amal bagi kita. Kita harus siap menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan menyukai kita. Lebih baik terus konsisten memperbaiki diri dan berbuat yang terbaik. Allah yang akan mengatur hati setiap orang. Semua hati manusia ada dalam genggaman Allah. Inilah yang membuat kita harus selalu berrbaik sangka pada-Nya dalam kondisi apapun. Wallahu a'alam bish-shawab. (Sumber : MQ)
No comments:
Post a Comment