Dari 25 Nabi yang wajib di ketahui, ada 6 Nabi yang diabadikan namanya menjadi nama surat dalam Al-Quran. Mereka adalah Nabi Yunus as (QS.10), Nabi Hud as (QS.11), Nabi Yusuf as (QS.12), Nabi Ibrahim (QS.14), Nabi Muhammad (QS:47), dan Nabi Nuh (QS.71).
Diantara keenam Nabi tersebut, juga seluruh Nabi hanya Nabi Yusuf saja yang kisahnya dibahas paling lengkap di dalam Al-Quran.Tidak seperti kisah Nabi yang lain, Allah menitikberatkan pada tantangan yang berat dari kaum mereka, yang diakhiri dengan kehancuran para penentangnya tersebut. tidak demikian dengan Nabi Yusuf , walau diawali dengan penderitaan, akhir kisah Nabi Yusuf as berakhir dengan kebahagiaan.Allah swt menyebut kisah Yusuf sebagai ayat li al-saailiin atau "tanda-tanda bagi para pencari kebenaran
"Sesungguhnya ada tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya" (QS. Yusuf (12) : 7)
Tanda-tanda seperti apa yang terkandung dalam kisah Nabi Yusuf as ini? Kesabaran. Inilah nilai yang sangat mendominasi kisah Nabi Yusuf. Demikian pentingnya kesabaran dalam islam sehingga kisah Nabi Yusuf as ini mendapat porsi yang cukup banyak dalam Al-Quran.
Secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan (al-habs). Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridho Allah swt
" Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya" (QS. Ar-R'ad(13):22)
Sabar adalah akhlaq yang paling mulia yang banyak disebut dalam Al-Quran. Lebih dari seratus kali Al-Quran menyebutkan kata sabar
Muhammad bin abdul Aziz Al-Khudhairi meungkapkan sabar selalu menjadi asas.
1. Iffah (menjaga kesucian), bentuk kesabaran dalam menahan diri dari memperturutkan syahwat
2. Qona'ah (merasa cukup dengan apa yang ada), sabar dengan mehahan diri dari angan-angan dan keserakahan.
3. Hilm (Lemah lembut), kesabaran dalam menahan dan mengendalikan amarah
4. Pemaaf, Kesabaran untuk tidak membahas kesalahan orang
demikian pula dengan akhlak-akhlak mulia lainya. semua saling terkait. Faktor-faktor pengukuh agama semuanya bersumbu pada kesabaran, hanya nama dan jenisnya saja yang berbeda.
Dari sini terlihat bahwa cakupan sabar sangat luas. Bahkan, sabar adalah setengah keimanan. Yang setengahnya lagi adalah syukur.
Secara umum sabar terbagi dalam tiga tingkatan :
1. Sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, musibah, bencana atau kesusahan
2. Sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat
3. Sabar dalam menjalankan ketaatan
Ternyata, tidak putus asa saat menghadapi musibah adalah tingkatan terendah dalam kategori sabar. Diatasnya ada kesabaran untuk menjauhi maksiat dan kesabaran berlaku taat. Mengapa demikian? Kesabaran menghadapi musibah disebut kesabaran idhthirari (tidak dapat di hindari). Pada saat seseorang ditimpa musibah, seseorang tidak memiliki pilihan kecuali menerima cobaan tersebut dengan sabar. Dengan tidak sabarpun, musibah tetap terjadi.
Lain halnya dengan sabar menjauhi maksiat dan sabar dalam ketaatan, keduanya bersifat ikhtiari (bisa di hindari). Dengan kata lain, manusia dihadapkan pada pilihan, bisa melakukan bisa pula tidak.
Berbeda tingkat kesulitan, berbeda pula ganjaran yang diberikan. Tentang tiga tingkat kesabaran ini Rasullulah saw bersabda,"Siapa bersabar dalam menghadapi musibah dan penderitaan, Allah akan mengangkat baginya tiga ratus derajatnya. Siapa yang sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, Allah swt akan mengangkat baginya sembilan ratus derajatnya".
Nabi Yusuf as adalah sosok yang berhasil melewati tiga tingkat ini dengan sangat sempurna. Dalam Al-Quran surat Yusuf, Allah swt mengabadikan kesabaran sosok mulia ini dalam menghadapi setiap cobaan. Mulai dari ujian berupa bencana dan kesusahan, bujuk rayu wanita cantik dan kekuasaan. Saat Allah swt menguji Nabi Yusuf dengan musibah _ dibuang kedalam sumur (QS. 12:10); dijual sebagai budak dengan harga yang sangat murah (QS. 12:21); difitnah melakukan perselingkuhan (QS. 12:25); sampai dijebloskan ke penjara (QS.12:33); _tidak sedikitpun keluh kesah yang keluar dari bibir beliau. Ia malah berkata,"Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika ia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa aku dari dusun di padang pasir; setelah syetan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku" (QS.12:100).
Lolos dari ujian tingkat pertama Allah swt menguji kesabaran Yusuf dengan ujian yang lebih berat, yaitu rayuan siti zulaikha, seorang wanita cantik lagi terpandang (QS. 12: 23-26). Namun dengan kesabaran dan keteguhan iman, Nabi Yusuf as pn mampu melewati ujian ini dengan selamat. Padahal, saat itu Yusuf pun menyukai Zulaikha (QS. 12: 24).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, mengutip pendapat gurunya Imam Ibnu Tamiyyah, mengungkapkan :" Kesabaran Nabi Yusuf yang menolak ajakan seorang wanita penguasa untuk berbuat maksiat adalah kesabaran yang lebih tinggi dan lebih sempurna dibanding dengan kesabaranya saat dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, dan saat berpisah dengan ayahnya. Kesabaran Nabi yusuf pada kedua musibah ini adalah kesabaran yang tidak bisa dihindari (idhthirari), dan tidak ada jalan bagi setiap hamba kecuali harus bersabar saat itu. Sedangkan kesabaran untuk tidak bermaksiat dengan wanita penguasa adalah kesabaran yang bersifat pilihan (ikhtiari), karena saat itu ia harus berperang terlebih dahulu dengan hawa nafsunya".
Setelah berhasil melewati kemaksiatan, Allah swt menguji Yusuf dengan ujian yang lebih berat lagi, yaitu dengan kekuasaan, oleh penguasa saat itu, Yusuf diangkat menjadi menteri yang bertugas mengurusi pangan. Dengan penuh kesabaran, ia mampu menjalankan tugasnya secara maksimal, sehingga bencana kelaparan yang mengancam negeri Mesir bisa diatasi. Atas prestasinya itu, ia kemudian diangkat menjadi raja muda Mesir. Demikianlah Nabi Yusuf mampu menjadikan jabatan sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah swt dan melayani masyatakat.
Kesabaran Nabi Yusuf membuahkan berkah. Allah swt berkenan mempertemukan ia dengan ayahnya; Nabi Yakub dan menyembuhkan kebutaan ayahnya. Allah pun mempertemukan Yusuf dengan saudara kembarnya; Bunyamin, Beserta kakak-kakaknya yang sempat membuangnya ke sumur. Alih-alih membalas dendam, Yusuf malah memboyong mereka ke Mesir untuk memulai kehidupan yang lebih baik. Allah swt telah menebarkan rahmat-Nya pada keluarga Nabi Yakub sebagai buah dari kesabaran.Wallahu a'lam bish-shawab.
(Sumber : MQ)
Muhammad bin abdul Aziz Al-Khudhairi meungkapkan sabar selalu menjadi asas.
1. Iffah (menjaga kesucian), bentuk kesabaran dalam menahan diri dari memperturutkan syahwat
2. Qona'ah (merasa cukup dengan apa yang ada), sabar dengan mehahan diri dari angan-angan dan keserakahan.
3. Hilm (Lemah lembut), kesabaran dalam menahan dan mengendalikan amarah
4. Pemaaf, Kesabaran untuk tidak membahas kesalahan orang
demikian pula dengan akhlak-akhlak mulia lainya. semua saling terkait. Faktor-faktor pengukuh agama semuanya bersumbu pada kesabaran, hanya nama dan jenisnya saja yang berbeda.
Dari sini terlihat bahwa cakupan sabar sangat luas. Bahkan, sabar adalah setengah keimanan. Yang setengahnya lagi adalah syukur.
Secara umum sabar terbagi dalam tiga tingkatan :
1. Sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, musibah, bencana atau kesusahan
2. Sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat
3. Sabar dalam menjalankan ketaatan
Ternyata, tidak putus asa saat menghadapi musibah adalah tingkatan terendah dalam kategori sabar. Diatasnya ada kesabaran untuk menjauhi maksiat dan kesabaran berlaku taat. Mengapa demikian? Kesabaran menghadapi musibah disebut kesabaran idhthirari (tidak dapat di hindari). Pada saat seseorang ditimpa musibah, seseorang tidak memiliki pilihan kecuali menerima cobaan tersebut dengan sabar. Dengan tidak sabarpun, musibah tetap terjadi.
Lain halnya dengan sabar menjauhi maksiat dan sabar dalam ketaatan, keduanya bersifat ikhtiari (bisa di hindari). Dengan kata lain, manusia dihadapkan pada pilihan, bisa melakukan bisa pula tidak.
Berbeda tingkat kesulitan, berbeda pula ganjaran yang diberikan. Tentang tiga tingkat kesabaran ini Rasullulah saw bersabda,"Siapa bersabar dalam menghadapi musibah dan penderitaan, Allah akan mengangkat baginya tiga ratus derajatnya. Siapa yang sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, Allah swt akan mengangkat baginya sembilan ratus derajatnya".
Nabi Yusuf as adalah sosok yang berhasil melewati tiga tingkat ini dengan sangat sempurna. Dalam Al-Quran surat Yusuf, Allah swt mengabadikan kesabaran sosok mulia ini dalam menghadapi setiap cobaan. Mulai dari ujian berupa bencana dan kesusahan, bujuk rayu wanita cantik dan kekuasaan. Saat Allah swt menguji Nabi Yusuf dengan musibah _ dibuang kedalam sumur (QS. 12:10); dijual sebagai budak dengan harga yang sangat murah (QS. 12:21); difitnah melakukan perselingkuhan (QS. 12:25); sampai dijebloskan ke penjara (QS.12:33); _tidak sedikitpun keluh kesah yang keluar dari bibir beliau. Ia malah berkata,"Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika ia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa aku dari dusun di padang pasir; setelah syetan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku" (QS.12:100).
Lolos dari ujian tingkat pertama Allah swt menguji kesabaran Yusuf dengan ujian yang lebih berat, yaitu rayuan siti zulaikha, seorang wanita cantik lagi terpandang (QS. 12: 23-26). Namun dengan kesabaran dan keteguhan iman, Nabi Yusuf as pn mampu melewati ujian ini dengan selamat. Padahal, saat itu Yusuf pun menyukai Zulaikha (QS. 12: 24).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, mengutip pendapat gurunya Imam Ibnu Tamiyyah, mengungkapkan :" Kesabaran Nabi Yusuf yang menolak ajakan seorang wanita penguasa untuk berbuat maksiat adalah kesabaran yang lebih tinggi dan lebih sempurna dibanding dengan kesabaranya saat dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, dan saat berpisah dengan ayahnya. Kesabaran Nabi yusuf pada kedua musibah ini adalah kesabaran yang tidak bisa dihindari (idhthirari), dan tidak ada jalan bagi setiap hamba kecuali harus bersabar saat itu. Sedangkan kesabaran untuk tidak bermaksiat dengan wanita penguasa adalah kesabaran yang bersifat pilihan (ikhtiari), karena saat itu ia harus berperang terlebih dahulu dengan hawa nafsunya".
Setelah berhasil melewati kemaksiatan, Allah swt menguji Yusuf dengan ujian yang lebih berat lagi, yaitu dengan kekuasaan, oleh penguasa saat itu, Yusuf diangkat menjadi menteri yang bertugas mengurusi pangan. Dengan penuh kesabaran, ia mampu menjalankan tugasnya secara maksimal, sehingga bencana kelaparan yang mengancam negeri Mesir bisa diatasi. Atas prestasinya itu, ia kemudian diangkat menjadi raja muda Mesir. Demikianlah Nabi Yusuf mampu menjadikan jabatan sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah swt dan melayani masyatakat.
Kesabaran Nabi Yusuf membuahkan berkah. Allah swt berkenan mempertemukan ia dengan ayahnya; Nabi Yakub dan menyembuhkan kebutaan ayahnya. Allah pun mempertemukan Yusuf dengan saudara kembarnya; Bunyamin, Beserta kakak-kakaknya yang sempat membuangnya ke sumur. Alih-alih membalas dendam, Yusuf malah memboyong mereka ke Mesir untuk memulai kehidupan yang lebih baik. Allah swt telah menebarkan rahmat-Nya pada keluarga Nabi Yakub sebagai buah dari kesabaran.Wallahu a'lam bish-shawab.
(Sumber : MQ)
No comments:
Post a Comment